Khusnul Khotimah A. (1111040004) Nuraida Lestari (1111040006) Erni Apriyani (1111040002) Asbar (101104068) :) :) :)
Minggu, 11 Mei 2014
Rabu, 26 Maret 2014
Rabu, 12 Maret 2014
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1.
VALIDITAS
a.
Pengertian
Uji validitas
berarti menguji apakah suatu instrumen memiliki ketepatan atau kecermatan dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Dengan aplikasi SPSS kita dapat melakukan uji
validitas dengan mudah, ada dua teknik yang biasa digunakan untuk uji validitas
yaitu menggunakan korelasi bivariate Pearson (Product Moment Pearson) dan
Corrected Item-Total Correlation.
Validitas (validity)
menunjukkan seberapa jauh suatu pengujian
atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusny diukur.
Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai
sasarannya atau kenyataan dan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan
valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar yang tidak menghasilkan kesalahan
(error) atau varian.
b.
Validitas
Butir Soal atau Validitas Item
Validitas butir soal berguna untuk
butir-butir soal yang menyebabkan soal secara keseluruhan menjadi jelek karena
memiliki validitas yang rendah. Sedangkan validitas item berguna untuk
mengetahui validitas item jika mempuyai dukungan besar terhadap skor total.
Jadi, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item sejajar
dengan skor total.
c.
Kategori
Penentuan
kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian
validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, h. 145) adalah sebagai berikut:
0,80
– 1,00 : validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60
– 0,80 : validitas tinggi (baik)
0,40
– 0,60 : validitas sedang (cukup)
0,20
– 0,40 : validitas rendah (kurang)
0,00
– 0,20 : validitas sangat rendah (jelek)
d. Macam-macam
Validitas
Validitas
sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal
yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang
kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yang
dijadikan dasar pengelompokan validitas tes. Secara garis besar ada dua macam
validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
1)
Validitas
Logis.
Istilah "validitas logis" mengandung kata
"logis" yang berasal dari kata "logika", yang berarti
penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen
evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran. Validitas logis ini terbagi menjadi
beberapa jenis, antara lain:
a)
Validitas
Isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen
mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur
mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
b)
Validitas
konstruksi (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep,
validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu
alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack
R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang
terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak
prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
2)
Validitas
Empiris
Istililah "validitas empiris" memuat kata
"empiris" yang artinya "pengalaman". Sebuah instrumen dapat
dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat
apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur.
Validitas empiris terbagi menjadi beberapa jenis antara lain:
a)
Validitas
ramalan (Predictive validity). Validitas ramalan adalah suatu kondisi yang
menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat
menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa
mendatang.
b)
Validitas
bandingan (Concurrent Validity). Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan
telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang
sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara
tes pertama dengan tes berikutnya.
2.
RELIABILITAS
a.
Pengertian
Reliabilitas
diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang
tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable.
Realiabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dan variable
atau konstruk. Dengan kata lain, suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2002: 45)
b.
Tujuan
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan
tetap konsisten jika pengukuran tersebut dilakukan secara berulang (Duwi
Prayitno, 2010:97). Ada beberapa metode pengujian reliabilitas sebuah
instrumen, diantaranya adalah Cronbach’s Alpha, metode tes ulang, formula
belah dua dari Spearman Brown, formla Flanagan, Metode Formula KR-20, KR-21,
dan metode Anova Hoyt.
c.
Jenis-jenis Realibilitas
1) Reliabilitas stabil (stability
reliability). Mengacu pada waktu. Untuk menentukan stabilitas, tes dilakukan
ulang terhadap variabel yang sama di waktu yang berlainan. Hasil pengujian
tersebut akan dibandingkaan dan berkorelasi dengan pengujian awal untuk
memberikan stabilitas.
2) Reliabilitas terwakili
(representative reliability). Mengacu pada keterandalan masing-masing grup.
Menguji apakah penyampaian indikator sama jawabannya saat diterapkan ke
kelompok yang berbeda-beda.
3) Reliabilitas seimbang (equivalence
reliability). Menerapkan banyak indikator yang dapat dioperasionalisasikan ke
semua konsepsi pengukuran. Kesetaraan keandalan akan menggunakan dua instrumen
untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Reliabilitas
atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan dua skor instrumen, atau
lebih dikenal dengan hubungan antara variabel bebas (independen variable)
dengan variabel terikat (dependen variable).
Reliabilitas
suatu alat ukur dapat ditingkatkan melalui konseptualisasi semua konstruk,
meningkatkan level pengukuran dengan lebih presisi, menggunakan
indikator-indikator variable berganda, dan menggunakan pretest, studi pendahuluan
dan replikasi.
d. Aspek-aspek
Reliabilitas
Aspek-aspek
reliabilitas empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Koefisien stabilitas
Koefisien
stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh
dengan cara uji coba ulang (test–retest) yaitu dengan memberikan ujian dengan
suatu soal kepada sekelompok individu kemudian mengujikan kembali soal tersebut
pada kelompok sama pada waktu yang berbeda. Besarnya reliabilitas soal dihitung
dengan mencari product moment antara skor hasil uji pertama dengan skor hasil
uji kedua. Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabilitas r11 atau rtt sama
atau lebih besar dari 0,70.
2.
Koefisien ekuivalen
Koefisien
ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh
dengan cara menguji cobakan dua soal yang paralel pada kelompok sama dan waktu
yang sama (equivalence forms method, parallel form method, atau alternate forms
method). Jadi dalam hal ini ada dua soal yang paralel, artinya masing-masing
soal disusun tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan bentuk sama, tingkat
kesukaran sama, waktu serta petunjuk untuk mengerjakan soal juga sama. Skor
hasil uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus product moment untuk
menghitung koefisien ekuivalen. Kedua jenis soal yang paralel bersifat reliabel
jika angka koefisian ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sama dengan 0,70.
3.
Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal
consistency) adalah reliabilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan
suatu soal dan menghitung korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada
tiga cara untuk memperoleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split
half method), cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21, dan cara
Cronbach khusus untuk soal uraian.
a. Cara belah dua
Reliabilitas
belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan konsistensi
internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika tes sangat
panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah meliputi
langkah-langkah:
1) Berikan
seluruh tes pada satu kelompok.
2) Bagi
tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian pertama
berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada setengah
bagian kedua.
3) Hitung
skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek mendapat mendapat
2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item genap.
4) Korelasikan
2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien
konsistensi internal, yang bila tingi berarti instrument itu mempunyai reliabilitas
yang tinggi. Kedua skor hasil belahan dikorelasikan dengan rumus product
moment, hasilnya adalah relasi belahan r ½ ½ . Setelah ditemukan korelasi
belahan, dihitung angka reliabilitas soal dengan rumus Spearman-Brown. Rumus
Spearman-Brown adalah sebagai berikut:
b. Reliabilitas empiris soal uraian
Untuk soal uraian, koefisien
reliabilitasnya dihitung dengan rumus alpha Cronbach yang rumusnya adalah:
keterangan
: SBt = simpangan baku total
SB1 = simpangan baku butir
Butir yang dimasukkan dalam rumus di
atas hanya butir yang valid, sedangkan butir yang tidak valid (gugur), tidak
diperhitungkan. Oleh karenanya reliabilitas hanya dihitung dari butir yang
valid. Kriteria reliabilitas soal sama dengan soal bentuk objektif, yaitu soal
reliabel bila r11 lebih dari sama dengan 0,70.
b. Cara Kuder Richardson 20 (KR-20)
Rumus
lain yang lebih banyak digunakan untuk menghitung koefisien konsistensi
internal adalah rumus Kuder Richardson 20 (KR20). Cara ini menghasilkan angka
yang lebih tepat. Rumus KR20 adalah :
keterangan
:
SB2t = simpangan baku dari skor total
r11 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
Langganan:
Postingan (Atom)