Rabu, 12 Maret 2014

VALIDITAS DAN RELIABILITAS



1.      VALIDITAS
a.      Pengertian
Uji validitas berarti menguji apakah suatu instrumen memiliki ketepatan atau kecermatan dalam mengukur apa yang ingin diukur. Dengan aplikasi SPSS kita dapat melakukan uji validitas dengan mudah, ada dua teknik yang biasa digunakan untuk uji validitas yaitu menggunakan korelasi bivariate Pearson (Product Moment Pearson) dan Corrected Item-Total Correlation.
Validitas (validity) menunjukkan seberapa jauh suatu  pengujian atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusny diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasarannya atau kenyataan dan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar yang tidak menghasilkan kesalahan (error) atau varian.
b.      Validitas Butir Soal atau Validitas Item
Validitas butir soal berguna untuk butir-butir soal yang menyebabkan soal secara keseluruhan menjadi jelek karena memiliki validitas yang rendah. Sedangkan validitas item berguna untuk mengetahui validitas item jika mempuyai dukungan besar terhadap skor total. Jadi, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item sejajar dengan skor total.
c.       Kategori
Penentuan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, h. 145) adalah sebagai berikut:
0,80 – 1,00 : validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 – 0,80 : validitas tinggi (baik)
0,40 – 0,60 : validitas sedang (cukup)
0,20 – 0,40 : validitas rendah (kurang)
0,00 – 0,20 : validitas sangat rendah (jelek)
d.      Macam-macam Validitas
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes. Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan validitas empiris.
1)      Validitas Logis. 
Istilah "validitas logis" mengandung kata "logis" yang berasal dari kata "logika", yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.  Validitas logis ini terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
a)    Validitas Isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.
b)    Validitas konstruksi (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
2)      Validitas Empiris 
Istililah "validitas empiris" memuat kata "empiris" yang artinya "pengalaman". Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Validitas empiris terbagi menjadi beberapa jenis antara lain:
a)       Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas ramalan adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
b)       Validitas bandingan (Concurrent Validity). Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.
2.      RELIABILITAS
a.      Pengertian
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable.
Realiabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dan variable atau konstruk. Dengan kata lain, suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002: 45)
b.      Tujuan
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut dilakukan secara berulang (Duwi Prayitno, 2010:97). Ada beberapa metode pengujian reliabilitas sebuah instrumen, diantaranya adalah Cronbach’s Alpha, metode tes ulang, formula belah dua dari Spearman Brown, formla Flanagan, Metode Formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.
c.      Jenis-jenis Realibilitas
1)      Reliabilitas stabil (stability reliability). Mengacu pada waktu. Untuk menentukan stabilitas, tes dilakukan ulang terhadap variabel yang sama di waktu yang berlainan. Hasil pengujian tersebut akan dibandingkaan dan berkorelasi dengan pengujian awal untuk memberikan stabilitas.
2)      Reliabilitas terwakili (representative reliability). Mengacu pada keterandalan masing-masing grup. Menguji apakah penyampaian indikator sama jawabannya saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda. 
3)      Reliabilitas seimbang (equivalence reliability). Menerapkan banyak indikator yang dapat dioperasionalisasikan ke semua konsepsi pengukuran. Kesetaraan keandalan akan menggunakan dua instrumen untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Reliabilitas atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan dua skor instrumen, atau lebih dikenal dengan hubungan antara variabel bebas (independen variable) dengan variabel terikat (dependen variable).
Reliabilitas suatu alat ukur dapat ditingkatkan melalui konseptualisasi semua konstruk, meningkatkan level pengukuran dengan lebih presisi, menggunakan indikator-indikator variable berganda, dan menggunakan pretest, studi pendahuluan dan replikasi.



d.   Aspek-aspek Reliabilitas
Aspek-aspek reliabilitas empiris soal objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Koefisien stabilitas
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh dengan cara uji coba ulang (test–retest) yaitu dengan memberikan ujian dengan suatu soal kepada sekelompok individu kemudian mengujikan kembali soal tersebut pada kelompok sama pada waktu yang berbeda. Besarnya reliabilitas soal dihitung dengan mencari product moment antara skor hasil uji pertama dengan skor hasil uji kedua. Soal dikatakan reliabel bila koefisien stabilitas r11 atau rtt sama atau lebih besar dari 0,70.
2.  Koefisien ekuivalen
Koefisien ekuivalen (coefficient of equivalence) adalah jenis reliabilitas yang diperoleh dengan cara menguji cobakan dua soal yang paralel pada kelompok sama dan waktu yang sama (equivalence forms method, parallel form method, atau alternate forms method). Jadi dalam hal ini ada dua soal yang paralel, artinya masing-masing soal disusun tersendiri, jumlah butir soal sama, isi dan bentuk sama, tingkat kesukaran sama, waktu serta petunjuk untuk mengerjakan soal juga sama. Skor hasil uji coba kedua soal dikorelasikan dengan rumus product moment untuk menghitung koefisien ekuivalen. Kedua jenis soal yang paralel bersifat reliabel jika angka koefisian ekuivalen yaitu r11 atau rtt besar atau sama dengan 0,70.
3.   Koefisien konsistensi internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency) adalah reliabilitas yang diperoleh dengan cara mengujicobakan suatu soal dan menghitung korelasi hasil uji coba dari kelompok yang sama. Ada tiga cara untuk memperoleh reliabilitas jenis ini yaitu; cara belah dua (split half method), cara Kuder Richardson 20 atau Kuder Richardson 21, dan cara Cronbach khusus untuk soal uraian.
a.       Cara belah dua
Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah meliputi langkah-langkah:
1)      Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
2)      Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah bagian pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap pada setengah bagian kedua.
3)      Hitung skors setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item genap.
4)      Korelasikan 2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi. Kedua skor hasil belahan dikorelasikan dengan rumus product moment, hasilnya adalah relasi belahan r ½ ½ . Setelah ditemukan korelasi belahan, dihitung angka reliabilitas soal dengan rumus Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut:  

b.   Reliabilitas empiris soal uraian
Untuk soal uraian, koefisien reliabilitasnya dihitung dengan rumus alpha Cronbach yang rumusnya adalah:

keterangan :      SBt = simpangan baku total
                                                SB1 = simpangan baku butir
Butir yang dimasukkan dalam rumus di atas hanya butir yang valid, sedangkan butir yang tidak valid (gugur), tidak diperhitungkan. Oleh karenanya reliabilitas hanya dihitung dari butir yang valid. Kriteria reliabilitas soal sama dengan soal bentuk objektif, yaitu soal reliabel bila r11   lebih dari sama dengan 0,70.
b.      Cara Kuder Richardson 20 (KR-20)
Rumus lain yang lebih banyak digunakan untuk menghitung koefisien konsistensi internal adalah rumus Kuder Richardson 20 (KR20). Cara ini menghasilkan angka yang lebih tepat. Rumus KR20 adalah :

keterangan :

                  SB2t = simpangan baku dari skor total
                  r11   = reliabilitas soal
                  k      = jumlah butir soal